Bertanya

“Guru! Misalnya, kalau yang tidak nyata itu.. Bagaimana caraku memeriksa dan membuktikannya?”
– Erwin Smith, Shingeki no Kyojin (ch.84) –

Guru kami pernah berkata, “Belum pernah saya menemukan pada suatu kesempatan, guru itu takut untuk masuk ke kelas. Takut ditanya oleh muridnya dan guru tersebut tidak tahu jawabannya! Para siswa hanya ‘disuapi’ oleh guru-gurunya. Bahkan, jika gurunya memberikan informasi yang salah pun akan diterima sebagai kebenaran oleh murid-muridnya.”

Begitulah yang pernah disampaikan oleh salah satu guru kami. Pada saat itu, kami bukan lagi muridnya secara formal tapi secara emosional kami tetaplah muridnya. Semoga Allah memuliakannya.

Apa yang kita pelajari sampai hari ini sebagai ilmu pengetahuan sejatinya adalah tanda-tanda kebesaran Allah.
Ilmu pengetahuan yang terbukukan adalah hasil dari keingintahuan seseorang untuk meneliti bagaimana tanda-tanda kebesaran Allah tersebut.
Memang, ada tanda-tanda Allah yang tidak bisa dikaji secara nalar dan ada pula yang bisa dikaji.
Yang tidak bisa dikaji secara nalar disebut mukjizat, yang Allah berikan kepada hamba yang dikehendaki-Nya.
Yang bisa dikaji secara nalar, tentu sangat banyak di dunia ini.
Oleh karenanya, Allah memberikan akal kepada manusia.
Di samping itu, banyak pula ayat-ayat di dalam Alquran yang meransang kita untuk memikirkan tanda-tanda kebesaran Allah.

Dengan akal inilah, kita dapat menerima dan mengolah informasi.
Bahkan dengan akal inilah, seorang murid dapat bertanya kepada gurunya.

Pertanyaan di atas misalnya.
Bagaimana cara memeriksa dan membuktikan sesuatu yang tidak nyata.
Kamu yang sekarang berprofesi sebagai guru, apa yang akan kamu jawab ketika muridmu menanyakan ini?
Begitu pula jika seorang anak bertanya kepada orang tuanya.

Pertanyaan timbul sebagai hasil olah informasi yang seseorang terima sebelumnya, baik informasi melalui orang lain maupun informasi melalui pengamatannya di kehidupan.

Jika seorang guru tahu bahwa ia akan ditanya begini dan begitu oleh kekritisan murid-muridnya, kemungkinan besar sang guru akan mempersiapkan sejumlah materi yang diperkirakan dapat menjadi jawaban atas pertanyaan murid-muridnya.
Jika rupanya tidak ditanyakan, setidaknya sang guru telah belajar.

Sekolah (formal) sudah sangat lebih jika hanya digunakan untuk menyampaikan jawaban dari hasil keingintahuan orang lain (buku-buku pelajaran).
Jika kamu berprofesi sebagai guru, paculah muridmu untuk bertanya.
Dan jika muridmu bertanya, jawablah!

“Guru, tempat bertanya dan harus ada jawabnya.”

Demikian. Semoga senantiasa bertanya.. 😊